Sabtu, 11 Februari 2012



Sobat,… olah raga ekstrim memang tergolong banyak di dunia dan beberapa sudah mulai masuk ke ranah Indonesia. Kali ini soal kebut-kebutan di jalan raya, hebatnya sarana yang dipakai bukan lah motor atau mobil melainkan sepeda.
Jenis olah raga ini populer dengan nama Gravity Bike atau G-Bike, melaju dengan kecepatan 100-140 km/jam wowww dahsyaaattt boo… G-Bike tidak menggunakan othel dan si pengendara tak perlu repot-repot mengayuh sepedanya, karena lintasan yang menjadi ajang kebut-kebutan adalah jalan raya yang mempunyai turunan curam.
Olah raga ini memang sangat cocok untuk wilayah dengan perbukitan atau pegunungan, di Indonesia mulai marak khususnya di kota Bandung yang mempunyai geografis pegunungan. Karakter jalanan kota bandung banyak turunan, G-Bike mirip dengan oleh raga sepeda Down Hill sama-sama melalui turunan bedanya kalo Down Hill melalui jalanan bebatuan dan hutan.
gravity bike sama saja dengan bersepeda gunung namun bedanya gravity bike menuruni bukit di aspal atau jalan raya sepeda ini hanya menggunakan ban 20″ tanpa menggunakan crank atau pedal jadi sepeda ini hanya memanfaatkan kekuatan gravitasi semata.
Sepeda ini bisa mencapai kecepatan 90mph bahkan bisa lebih cepat. Sepeda yang dipakai biasanya menggunakan sepeda BMX yang ditelanjangi lalu membalikan frame 180 derajat, tiang sadel di lepas dan di las ke posisi baru agak ke belakang dan cukup rendah karena tidak menggunakan crank maka dipasang pads atau pijakan kaki sedangkan handlebar diturunkan ke posisi dropdown. Untuk mengendarai ini diperlukan sarung tangan kulit, helm full face, wearpack, sepatu, dll.
Gravity Bike adalah olahraga yang dimulai lebih dari 30 tahun yang lalu, dan seiring perkembangan jaman, teknologi gravity bikepun ikut berkembang

Selasa, 07 Februari 2012

Teknik dasar bermain MTB

Sepeda gunung merupakan salah satu olahraga extreme yang sekarang ini banyak diminati oleh para pesepeda di dunia. Banyak diantara mereka yang beralih tunggangan ke sepeda gunung. Akan tetapi, sebelum kita melaju di trek-trek downhill, akan lebih baik jika kita mengetahui dan memahami teknik-teknik yang wajib dikuasai oleh para rider MTB seperti yang dipaparkan oleh Hans Rey kepada majalah cycling berikut ini :

1. Di lintasan miring yang licin


Menyusuri lereng gunung atau bukit yang miring memerlukan teknik tersendiri. Karena salah-salah ban malahan kehilangan traksi. Parahnya lagi bagi yang tidak tahu dan menekan rem kuat-kuat dalam situasi seperti ini, yang ada sepeda berikut ridernya merosot ke bawah. Untuk iti, di dunia ini selalu ada trik, jangankan hanya untuk melewati trek off camber (lintasan miring yang licin).
Nah bagaimanakah caranya?? Perlakukan trek off camber itu layaknya seperti ketika menghadapi tikungan saja. Hindari menggenjot saat sedang melewati trek seperti ini. Tentukan dulu kecepatan sepeda sebelum memasuki trek. Bila terpaksa harus menggenjot, lakukan perlahan-lahan dengan halus. Pusatkan berat tubuh ke pedal. Teknik ini sangat efektif menjaga ban tetap menggigit tanah. Cukup berdiri di atas pedal, dan terus menggenjot sampai melewatinya. Selalu ambil jalur tengah. Hindari mengambil bagian atas trek, karena begitu ban depan sepeda menajak akan menyebabkan tubuh Anda terhempas ke tepi jurang. Yang lebih tragis lagi Anda terpaksa menyaksikan sepeda kesayangan jatuh terperosok ke jurang.

2. Kapan menggunakan rem depan


Mayoritas turunan single track memiliki ‘braking bump’ di bawah tiap tikungan tajamnya bagi mayoritas rider yang ‘paranoia’ menekan rem belakang. Tapi sebenarnya yang dapat menghentikan, atau mengurangi laju sepeda pada turunan, hanyalah rem depan. Kuasai rem depan dan Anda akan menjadi “master bersepeda”. Sesanya hanya menggenjot.
Caranya? Mulailah dengan menempatkan satu jari di brake lever depan dan dua untuk belakang. Dengan begini, saat panik Anda tidak akan menekan rem ‘berlebihan’.
Biasakan mengerem sebelum memasuki tikungan atau turunan tajam. Rem depan tidak akan selip walau ditekan kuat-kuat selama tidak dalm posisi menikung.
Hindari men-drag remselama turun, karena hal itu hanya akan membuat suspensi terasa kasar dan mengeluarkan sepeda dari jalur. Tanpa rem, sepeda dapat menikung serta dikendalikan dengan baik.
Gunakan rem seperlunya, itu juga dengan interval yang pendek-pendek untuk mengendalikan turunnya sepeda. Pelankan laju sepeda saat menghadapi medan licin dan kurang traksi. Lepaskan rem untuk melaju di ‘technical section’. Ini mungkin bertentangan dengan logika berpikir Anda, tapi nyatanya tidak.
Banyak biker yang melibas medan-medan mudah dengan kecepatan penuh. Akibatnya, pad bagin ‘technical’ mereka akan melaju tak terkendali. Perhatikn traksi yang mungkin didapat saat menggunakan rem depan. Tumpuan berat ada di ban depan saat turun. Artinya rem depan harus lebih banyak digunakan ketimbang belakang agar ban tidak selip. Pasang telinga untuk mengetahui apakah ban ‘ngesot’.

3. Melewati rintangan

Batu, kayu, atau objek apapun yang lebih tinggi dari as roda depan bisa dilewati tanpa harus turun dari sepeda [lalu mengangkatnya].
How? Kayuh sepeda perlahan. Yang perlu dicermati adalah momentum, karena tanpa momentum tidak mungkin Anda dapat melewati rintangan tersebut. Ketika mendekati rintangan, condongkan badan kebelakang, lalu tarik setang untuk mengangkat ban depan. Begitu ban depansudah berada di atas rintangan, giliran menyondongkan tubuh ke dapan dan pindahkan tumpuan berat tubuh ke setang.
Tanpa adanya beban di bagian belakang akan ikut terangkat. Semua dilakukan dengan cepat, jangan sampai ban belakang membentur rintangan terlebih dahulu.

4. Melompati celah

Melewati celah di lintasan menjadi mudah bila Anda menguasai teknik melewati rintangan seperti di atas. Caranya mirip : kayuh sepeda dengan kecepatan rendah. Anda memerlukan momentum yang cukup agar ban belakang bisa selamat sampai seberang.
Condongkan tubuh ke belakang, tarik setang dan angkat ban depan sekitar dua kaki di atas permukaan trail. Lakukan ini beberapa saat sebelum ban depan jatuh memasuki celah.
Begitu ban depan sepeda terangkat, saatnya tiba untuk memindahkan berat tubuh ke depan. Dengan begini ban belakang tidak memiliki beban, dan dengan dibantu momentum maka ban belakang akan ikut terangkat melewati celah.

5. Di trek berbatu

Sama seperti lintasan lainnya, lintasan berbatu juga banyak macamnya, mulai dari yang mendatar, menanjak, sampai menurun. Berbeda-beda tapi satu juga. Maksudnya walau jenisnya banyak, tapi pada dasarnya cara melewatinya sama seperti lintasan lainnya.
Menjelang trek berbatu, suspensi dapat mengurangi kecepatan sepeda Anda, terutama pada kecepatan rendah. Pada kecepatan sepeda setara orang berjalan, sepeda akan berhenti saat menghantam batu besar. Jaga kecepatan Anda dan persiapkan tubuh bagian atas untuk menahan guncangan.
Pilihlah jalur yang sedikit ‘lebih baik’, artinya permukaan batuannya tidak terlalu menjulang disbanding sekitarnya. Di trek seperti ini yang namanya menghantam batu besar sangat sulit dihindari, namun sebisa mungkin pilih jalur yang lurus.
Kayuhlah sepeda dengan posisi gear satu tingkat lebih tinggi dari posisi gigi yang biasa Anda gunakan pada saat melintasi jalan rata. Tujuannya agar ban belakang tidak spin saat Anda kehilangan keseimbangan.
Selalu siapkan diri untuk pindah jalur. Lihat ke depan agar tidak kehilangan arah tujuan. Kalau sampai keluar jalur, tetap awasi trek yang telah ditetapkan sebelumnya. Kayuh pedal dengan halus dan kembali ke jalur pertama Anda.
Yang paling baik sebenarnya terus mengayuh di sepanjang trek, namun di lapangan semua bisa berubah. Bila harus menggunakan rem, tekan kedua brake lever bersamaan [catatan: teknik ini hanya dianjurkan pada trek dengan permukaan batu kecil; saat menemui batu besar disarankan untuk tidak menggunakan rem]. Satu hal lagi: bila ban depan berhenti teruslah kayuh.

6. Trek berpasir

Trek berpasir menghabiskan banyak tenaga untuk melewatinya. Disamping itu masih banyak efek negatif bagi rider dan sepedanya, seperti sulitnya membelokkan setang, serta ban belakang yang terhisap makin dalam setiap kali kita mengayuh pedal.
Trik paling mudah, pakai ban lebar ber-tread kecil. Namun bagaimana trek berpasir hanya seperempat dari total trek keseluruhan? Tentunya banyak rider meninggalkan ban jenis ini dan memilih menggunakan ban normal.
Berbeda dengan ban pasir yang dapat dengan mudah melewatinya, pada ban normal dibutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
Cara termudah adalah dengan mengikuti jejak ban rider lain. Atur kecepatan sepeda dan posisikan ban sepeda tepat pada jejak. Kayuh pedal dengan halus, jaga keseimbangan agar ban tetap berada dalam jejak. Jangan memberi tekanan pada setang, biarkan setang mengikuti jejak yang ditinggalkan.
Bagaimana kalu tidak ada jejak? Gampang: jaga keseimbangan tubuh agar berada di tengah antara ban depan dan belakang, serta jaga agar berat tubuh tidak tertumpu pada sadel. Lewati trek pasir dengan gear rendah dan chain-ring tengah, sehingga Anda tetap dapat mengayuh kuat.
Anggaplah trek berpasir ini seolah permainan, jangan pernah menyerah sampai Anda jatuh. Bangunlah lagi, maikan lagi!

7. Turunan

Rider yang ‘sedikit’ berani akan melahap drop-drop kecil, namun banyak juga yang turun dan mengangkat sepedanya sambil berlari-lari, dengan harapan menghindari endo (roda belakang terangkat). Melewati drop membutuhkan lebih dari sekedar kecepatan dan komitmen.
Dekati drop dengan kecepatan setara orang berlari__bisa lebih cepat kalu di bawah hanya ada sedikit objek. Begitu berada tepat ditepian drop, mundurkan badan ke belakang, hentakkan setang untuk mengangkat ban depan sekitar enam inci dari permukaan.
Lutut dalam keadaan menekuk dan pedal pada posisi horizontal terhadap permukaan landasan. Dijamin pendaratan Anda akan mulus.
Teknik ini bisa diaplikasikan untuk drop dengan ketinggian hingga satu setengah meter. Pelajari [dan latih] teknik ini disekitar rumah Anda dulu, sebelum mempraktekkannya di lintasan sesungguhnya nanti.

8. Tanjakan

Banyak rider yang lebih memilih menghindari jalan menanjak. Namun segala sesuatu yang naik, pasti akan turun bukan? Jadi jangan khawatir, akan ada ‘bonus’ turunan menanti, tiap kali Anda melewati tanjakan. Jadi ketimbang menghindarinya, lebih baik melahapnya.
Sebelum tiba dio tanjakan, pasang gearing position di level rendah. Turunkan gear ke bawah untuk memberi Anda momentum dan kecepatan dibagian awal tanjakan. Lalu tentukan sejak awal jalur yang akan Anda lewati.
Tetap duduk di sadel. Begitu memasuki bagian curam, maju dan duduki bagian hidung sadel (nose). Condongkan tubuh bagian atas ke depan untuk menjaga agar ban depan tetap menjejak di tanah. Sekali lagi, jangan sekali-kali berdiri.
Mengayuh saat duduk di nose sadel memang amat sangat menyiksa. Utamanya bagi otot paha bagian depan, karena kaki tidak merenggang dengan baik. Namun dibalik itu, sebenarnya posisi ini membantu memberi traksi ke ban belakang.
Jangan menyerah bila ban belakang spin (berputar tanpa traksi). Pindahkan tumpuan berat ke belakang dan terus mengayuh.

9. Turun melewati celah

Bekas jejak [sepeda] downhill seringkali menimbulkan bekas mendaln di turunan. Menghindari jejak ini merupakan cara terbaik, namun tak jarang pula kita mau tak mau harus melewatinya.
Sebelum menjajal celah (rut) besar. Berlatihlah dengan rut yang lebih kecil. Hal ini sangat penting untuk membiasakan keseimbangan di atas sepeda.
Satu lagi, sebelum turun dengan kedua kaki di pedal, coba dulu dengan salah satu kaki turun. Bila rut berbelok ke kanan, turunkan kaki kanan, begitu pula sebaliknya. Tetap dalam posisi duduk, mundurkan tubuh ke belakang dan gunakan rem belakang lebih banyak dari biasanya. Pemakaian rem depan yang berlebihan menyebabkan ban depan kehilangan kemampuan manuvernya. Biarkan ban depan terus berjalan. Selalu melihat ke depan dan hindari menatap ke bagian depan bawah sepeda.
Bila Anda kehilangan keseimbangan, jangan ragu untuk menurunkan kaki sebelah. Namun ingat untuk selalu menempatkan satu kaki di pedal.

10. Tikungan tajam

Tikungan tajam (switchback) sangat sering dijumpai saat Anda bermain MTB. Tak jarang, saking tajamnya, bentuk tikungan bisa mendekati putaran 180 derajat alias balik arah.
Ada dua teknik yang bisa digunakan untuk melakukan switchback. Yang pertama mengangkat ban belakang dengan menekan rem depan, lalu mengangkat ban depan sebagai pivot. Kedua melaluinya seperti melalui tikungan biasa. Teknik yang kedua ini yang akan dibahas.
Dekati tikungan dengan kecepatan pelan. Sering-sering gunakan rem depan dan belakang bersamaan. Berat ditumpukan ke kedua ban.
Lalu, putar setang dengan tajam. Kuncinya adalah dengan melakukan putaran sebelum memasuki bagian kedua putaran. Condongkan tubuh ke depan. Lihat ke sekeliling tikungansampai trek turun di bawah, dan biarkan gravitasi menuntun sepeda Anda.
Kebanyakan rider memilih untuk berdiri di atas pedal ketimbang duduk, terutama saat switchback menanjak. Bedanya, pada switchback menanjak, tumpuan berat lebih ke ban belakang untuk memberi traksi. Biarkan ban depan bergerak kemana-mana asalkan ban belakang memiliki traksi.
Karena kecepatan Anda pasti lambat, tidak perlu menyondongkan badan. Kendali sepeda cukup dilakukan melalui setang.

Apa itu survival

Survival berasal dari kata Survive,yang artinya bertahan hidup.Sedang survival sendiri adalah "suatu kondisi yang tidak menentu yang dihadapi oleh seorang atau sekelompok orang pada suatu daerah yang asing dan terisolir bagi orang/kelompok yang sedang mengalaminya". Keadaan tidak menentu (survival) ini bisa terjadi pada setiap orang yang tengah melakukan perjalanan, petualangan atau penjelajahan di alam bebas.

Pengetahuan dan tehnik survival harusnya difahami oleh setiap orang, khususnya para penggiat alam bebas/terbuka, hingga apabila suatu saat ia mengalami kondisi ini, paling tidak ia telah mempunyai gambaran serta tindakan apa saja yang harus dilakukannya.

Berhasil tidaknya seseorang atau sekelompok orang keluar dari kondisi survival ini,tergantung dari kesiapan mental dan fisiknya.

Pengetahuan dan tehnik survival harusnya difahami oleh setiap orang, khususnya para penggiat alam bebas/terbuka, hingga apabila suatu saat ia mengalami kondisi ini, paling tidak ia telah mempunyai gambaran serta tindakan apa saja yang harus dilakukannya.

Berhasil tidaknya seseorang atau sekelompok orang keluar dari kondisi survival ini,tergantung dari kesiapan mental dan fisiknya.

Survival adalah suatu tindakan yang paling awal yang dilakukan oleh setiap makhluk yang hidup untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, survival adalah perjuangan agar tetap hidup.

Dilihat dari kondisi alam Indonesia maka pengetahuan survival ini harus disesuaikan, juga dengan iklim tropis yang ada di negara kita. Di Indonesia daerah yang akan ditemui adalah : hutan belantara, rawa, sungai, padang ilalang, gunung berapai dan lain sebagainya.

Ada beberapa permasalahan yang akan kita hadapi, yaitu masalah / bahaya yang ada di alam (bahaya obyektif), masalah yang menyangkut diri kita sendiri (bahaya subyektif). Ada beberapa aspek yang akan muncul dalam menghadapi survival:

1. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, dll.
2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah, dll.
3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, fauna, dll.

Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan survival, selain faktor keberuntungan (nasib baik/pertolongan Tuhan tentunya), yaitu:

• Semangat untuk mempertahankan hidup.
• Kesiapan diri.
• Alat pendukung.

Beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menghadapi survival :
Perlindungan terhadap ancaman :

• cuaca,
• binatang,
• makanan/minuman
• penyakit

Untuk mengatasi keadaan cuaca yang dingin atau panas adalah dengan membuat bivak atau tempat berlindung sebagai sarana perlindungan yang nyaman bagi kita dari ancaman faktor-faktor alam yang ekstrim, selain itu agar badan kita tetap nyaman, usahakan selalu memakai pakaian yang kering.
Beberapa cara dan teknik pembuatan bivak dengan berbagai macam medan dan bahan yang digunakan. Fungsi utama membuat bivak adalah melindungi diri dari cuaca, binatang dll.

Makanan dan minuman juga sangat penting yang harus didapatkan dalam menghadapi keadaan yang genting dimana kita butuh tenaga / kalori untuk melakukan aktifitas. Ciri-ciri dan karakteristiknya harus kita kenali agar tidak membahayakan.

Galilah lubang sedalam kira-kira 30-50 cm dengan diameter yang lebih besar dari misting / rantang (apa pun yang dapat digunakan untuk menampung air)
Potonglah ranting kering dengan panjang kira-kira 50 cm, siapkan selembar plastik yang cukup lebar (bisa juga menggunakan ponco / jas hujan).
Letakkan misting / rantang di dasar lubang, tegakkan batang / ranting tadi dan tutupi dengan pastik, jangan lupa letakkan batu disekelilingnya agar tidak mudah bergeser. (lihat gambar 1)
Tunggulah air menguap dari permukaan tanah.

Api sangat berguna untuk menghangatkan tubuh kita, untuk memasak dan untuk melindungi diri kita dari ancaman binatang-binatang buas, teknik dan cara pembuatan api harus kita kuasai dengan baik. Membuat jebakan untuk mendapatkan makanan juga salah satu cara untuk tetap bertahan.

Tindakan dalam menghadapi survival :
Ingat semboyan ‘STOP’ :

S = Stop (berhenti).
T = Thinking (mulailah berpikir, dengan ketenangan berpikir akan mudah bertindak)
O = Observe (amati keadaan disekitar kita, apa yang bisa kita kerjakan)
P = Planning (buat perencanaan mengenai tindakan yang akan kita lakukan)

Sumber : Diambil dari beberapa situs dan buku tentang Teknik dasar Alam bebas